Anak Menjadi Tanggung Jawab Orang Tua

kekerasan pada anak

Pada umumnya masyarakat menganggap anak adalah kebanggaan orang tua, sehingga apabila dalam satu keluarga tidak terdapat anak seorangpun maka kehidupan dirasa hambar. Anak telah mengisi relung-relung hati orang tua di dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Keberadaan anak begitu diperhatikan dari dulu sampai sekarang.

Dulu pandangan tentang anak yang lebih dominan adalah banyak anak banyak rejeki. Namun pada masa sekarang pandangan itu telah bergeser menjadi “ banyak anak banyak beban “, karena setiap anak pada dasarnya lahir di dunia ini seharusnya disediakan fasilitas hidup yang berupa sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan.

Kekerasan Pada Anak

Namun, akhir-akhir ini banyak bermunculan kasus-kasus kekerasan terhadap anak baik yang ditayangkan lewat media televisi maupun media cetak. Jenis kekerasan yang menonjol ada dua yaitu kekerasan fisik dan ekonomi. Namun pada dasarnya kedua jenis ini saling berkaitan satu sama lain, disamping juga bisa menjadi hubungan sebab-akibat.

Kekerasan fisik yang banyak dijumpai seperti pemukulan terhadap anak, penyiksaan lain dengan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan kepada anak dan sebagainya. Hal ini tentu mengundang keprihatinan yang mendalam.

Penyebabnya terkadang sepele, ketika orang tua jengkel karena si anak terus saja merengek meminta uang jajan, maka dari situlah si orang tua kemudian naik pitam yang berujung pada penyiksaan fisik pada anak. Apabila dirunut lebih jauh, krisis ekonomi yang berkepanjangan turut menyebabkan kondisi ini terjadi.

Terlebih lagi bagi masyarakat yang hidupnya hanya mengandalkan pada penghasilan seadanya seperti dari hasil si anak bekerja seperti dengan mengamen, menyemir sepatu.

Bahkan saat ini banyak anak kecil yang masih sangat dini usianya sudah berkeliaran di perempatan jalan tepatnya di dekat traffic light, mereka menengadahkan tangan menunggu beberapa rupiah dari para pengguna jalan. Sementara si orang tua terkadang berada di pinggir trotoar jalan menunggu sampai si anak mendapatkan uang yang diinginkannya.

Sebagian kalangan masyarakat yang memperlihatkan kenyataan berbeda, anak-anak justru dituntut bekerja untuk mencari uang sebelum waktunya. Anak-anak yang belum punya skill apapun harus mengamen sambil sambil menengadahkan tangan untuk mendapatkan uang receh dari para pengendara motor di jalan raya.

Di saat anak-anak seharusnya menikmati dunia bermainnya, tiba-tiba harus terenggut karena harus mencari uang untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Jika dilihat sepintas, mungkin ini dirasa sebagai sesuatu hal yang wajar karena terdesak oleh keadaan ekonomi orang tua yang lemah.

Namun apabila ditelusur lebih jauh, keberadaan pengamen anak-anak ini juga tidak terlepas dari kekerasan ekonomi yang mereka alami. Mungkin selama ini masyarakat hanya melihat kekerasan sebagian besar dari sudut fisik saja, akan tetapi apa yang dialami pengamen anak-anak ini lebih pada kekerasan psikis dan ekonomi. Meskipun sebagian diantaranya ada pula yang benar-benar mengalami kekerasan fisik dari orang tua mereka

Si anak hanya tahu bahwa ia harus selalu menuruti apa yang diperintahkan oleh orang tuanya. Tanpa keluhan si anak terus saja mengemis tanpa tahu bahwa ia sebenarnya mempunyai hak untuk menikmati masa kecilnya. Masa kanak-kanaknya terampas oleh kejamnya perjuangan menghadapi hidup di bawah bayang-bayang orang tua.

Dunia anak yang semestinya diisi dengan bermain, justru diganti dengan berpanas-panas di tengah jalan raya. Kondisi ini bisa dijumpai di perempatan Jalan dan sekitarnya. Setiap hari pemandangan anak yang mengamen silih berganti dengan para orang tua dan dewasa.

Kenyataan adanya kekerasan yang menimpa sebagian besar pengamen anak-anak ini terkait dengan pola asuh diterapkan orang tua di dalam keluarga. Sebagaimana kita ketahui bahwa pola asuh terbagi menjadi tiga yaitu permisif, otoriter dan demokratis. Tentu saja dalam hal ini pola asuh anak di dalam keluarga antara satu dengan yang lain berbeda-beda. Hal ini tergantung pada pola asuh yang diterapkan orang tua pengamen anak-anak ini, apakah termasuk jenis permisif, otoriter atau demokratis.

Dalam mengembangkan anak untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan persiapan dan perlakuan terhadap anak secara tepat sesuai dengan kondisi anak. Sebagai manusia, setiap anak mempunyai ciri individual yang berbeda satu dengan yang lain.

Di samping itu setiap anak yang lahir di dunia ini berhak hidup dan berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan kondisi yang dimilikinya. Untuk dapat memberi kesempatan berkembang bagi setiap anak diperlukan pola asuh yang tepat dari orang tuanya, hal ini mengingat anak adalah menjadi tanggung jawab orang tuanya baik secara fisik, psikis maupun sosial.

 

Anak Menjadi Tanggung Jawab Orang Tua

You May Also Like

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *